Judul Buku: Dou Donggo Menggugat
Penulis : Aksa, S.Pd., M.Pd
Penerbit:
LAKEISHA
Gejolak sosial yang terjadi di Bima Era Orde Baru merupakan gerakan sosial yang melibatkan masyarakat Donggo. Donggo bergejolak berawal dari sikap dan kebijakan Bupati Bima sebagai perpanjangan tangan rezim Orde Baru. Bupati Bima, Letkol (Purn) Soeharmadji bersama kalangan A-B-G (ABRI-Birokrat-Golkar) menjalankan politik hegemoni, dominasi dan intimidasi. Usaha kuningisasi demi tegaknya pohon beringin (Golkar) di Bima, dilakukan dalam “Operasi Koter 1971”.
Sebelumnya tindakan represif dialami Dou Donggo pasca “Peristiwa Grahamasa 1969”, sebuah konflik sosial atas dasar sentimen keagamaan. Sedangkan tragedi “Pemilu berdarah di Bajo” merupakan akumulasi kemarahan rezim terhadap elite-elite pendukung partai-partai Islam dalam pesta demokrasi 1971. Rangkaian gejolak ini mengundang simpati para aktivis asal Bima yang ada di Jakarta. Sementara Dou Donggo mulai menyikapi agresifitas serta ketimpangan pembangunan di Bima selama rezim Soeharmadji berkuasa.
Tokoh-tokoh lokal di Dana Donggo mulai membangun opini publik, menggalang massa dan merancang strategi gerakan serta memimpin aksi massa. Fatalnya, Aksi massa “22 Juni 1972” justru dianggap oleh pemerintah sebagai gerakan makar. Oleh karenanya, Pemerintah membentuk TOSD (Tim Operasi Sadar Donggo) yang bertugas mengintervensi dan mengeksekusi masyarakat yang terlibat dalam aksi massa. Selain itu, lima tokoh utama penggerak massa disiksa secara sadis dan dijebloskan dari penjara ke penjara. Peristiwa ini menandai berakhirnya reaksi massa sekaligus mengukuhkan dominasi militer di Dana Mbojo. Donggo bergejolak merupakan rangkaian catatan kelam sejarah yang pernah ditorehkan oleh rezim Orde Baru. []