Oleh: Prof. Dr.Ing. Fahmi Amhar
Inlic.org — prolog khutbah bla bla bla …)
Ada hari-hari para pejabat struktural nyaris di seluruh instansi pusing menaikkan serapan anggaran dengan melakukan apa saja kegiatan yang masih mungkin dilakukan. Ada hari-hari para pejabat fungsional nyaris di seluruh instansi pusing mendokumentasikan alat bukti untuk penilaian angka kredit mereka. Dan ada hari-hari para pelaksana anggaran nyaris di seluruh instansi pusing mengumpulkan bukti pertanggungjawaban.
Yaitu di akhir tahun, atau di awal tahun seperti saat ini.
Mereka semua mengkhawatirkan ketika tahun sudah berganti, dan kegiatan 2023 sudah ditutup, dan pertanggungjawaban apapun sudah tidak diterima lagi…
Tetapi apakah mereka memiliki kekhawatiran yang sama pada hidup mereka?
Apakah mereka semua mengkhawatirkan ketika catatan amal sudah ditutup?
Apakah mereka menyadari bahwa tahun 2024 ini mereka diberi anggaran oleh Sang Maha Pencipta, 366 hari yang indah, dan pasti terserap 100%. Tetapi dari 100% itu menjadi apa? Apakah modal dari Allah ini bisa meningkatkan keimanan, memperbanyak amal shaleh, mendorong saling menasehati dengan kebenaran, dan menjaga agar tetap sabar menghadapi segala keadaan?
Nanti laporan 2023 belum beres, kita sudah dihujani dengan KAK/TOR/Penetapan Kinerja untuk 2024, bahkan kita sudah diminta RKAKL (Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga) 2025 untuk dapat dibahas sedini mungkin di 2024, agar menghasilkan perencanaan yang bagus di 2025. Bukankah sudah ada RPJP (Rencana Pembangunan Jangka Panjang), RPJM, Renstra Lembaga, dsb?
Apakah hidup kita juga tertata seperti itu? Punyakah kita Indikator Kinerja untuk hidup kita? Ada? Apa? Menjadi sarjana pada usia 24? Menjadi PNS di usia 26? Menikahi wanita cantik idaman sebelum usia 30? Kaya raya di usia 35? Menjadi pejabat terkenal pada usia 40?
Ketahuilah saudaraku, seseorang tidak menjadi mulia di sisi Allah karena menjadi sarjana, tidak karena menjadi PNS, tidak karena menikahi wanita cantik, tidak karena kaya di usia muda juga tidak karena menjadi pejabat terkenal! Tidak. Itu semua adalah indikator jahiliyah!
Boleh saja semua itu dicapai, tetapi hanya sekedar sebagai bekal tambahan. Karena hakekatnya seseorang menjadi mulia karena ketaatannya pada hukum syara’, karena memberi manfaat bagi orang banyak, karena berdakwah untuk meninggalkan ilmu yang bermanfaat bagi ummat, karena melindungi yang lemah dan membebaskan yang terjajah!
Saudaraku, kalau untuk membangun sebuah lembaga saja kita punya Renstra, maka mengapa jika kita ingin membangun kediaman di surga kita tidak punya rencana yang jelas, dengan tahapan yang terukur, dengan aktivitas yang terencana?
Padahal jalan ke surga itu jalan yang mendaki lagi sulit, jalan yang hanya sanggup ditempuh oleh sedikit orang, yakni hanya orang-orang yang mau menukar hartanya dan jiwanya dengan surga, tapi sungguh merekalah orang-orang yang beruntung. (QS At-Taubah:111)
Mari kita jadikan momentum pergantian tahun ini untuk mengevaluasi diri, introspeksi, refleksi, sudahkah kita berada pada rel menuju surga yang benar, agar jangan sampai, modal yang diberikan Allah ini hanya terserap 100%, tetapi tidak menghasilkan apa-apa ……
(epilog bla bla bla …)
Sumber: https://www.facebook.com/famhar68