Melihat kondisi yang serba materialisme saat ini dengan kehidupan yang individualis dan kehidupan jauh dari islam. Islam yang mereka yaini hanya ibadah ritual belaka, tapi sistem ekonomi dan politik mereka justru berkiblat kepada barat dan ideologi kapitalisme yang mereka terapkan. Sehingga, memungkinkan banyak pengaruh dan tipu muslihat yang menghadang agar para pengemban dakwah jauh dari kebenaran, agar pengemban dakwah ragu dengan apa yang mereka perjuangkan. Oleh karena itu, para pengemban dakwah harus istiqomah dengan kebenaran yang telah diimani.
Perlu diketahu bahwa Istiqomah itu berarti berdiri tegak di suatu tempat tanpa pernah bergeser. Akar kata istiqamah dari kata ‘qoma’ yang berarti berdiri. Maka secara etimologi, istiqomah berarti tegak lurus. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, istiqomah diartikan sebagai sikap teguh pendirian dan selalu konsekuen. Menurut Al Qusairi bahwa istiqomah adalah suatu peringkat yang menjadikan sempurna berbagai perkara. Menurut Al Wasithi bahwa istiqomah adalah etika yang menjadikan sempurnanya berbagai kewajiban.Jadi, muslim yang istiqomah adalah muslim yang selalu mempertahankan keimanan dan akidahnya dalam situasi dan kondisi apapun. Ia bak batu karang yang tegar menghadapi gempuran ombak-ombak yang datang silih berganti. Ia tidak mudah loyo atau mengalami futur dan degradasi dalam perjalanan dakwah.
Ia senantiasa sabar dalam menghadapi seluruh godaan dalam medan dakwah yang diembannya, meskipun tahapan dakwah mengalami perubahan. Karena begitu pentingnya sifat istiqamah itu kita miliki, meka setiap kita harus berusaha untuk menumbuhkannya ke dalam jiwa kita masing-masing.Istiqomah sering kita artikan sebagai keteguhan hati atau konsisten. Meskipun tidak semua orang bisa bersikap istiqomah khususnya bagi para aktivis dakwah yang bukan berarti keistiqomahannya tak perlu diuji lagi.
Allah berfirman: “Katakanlah: “Bahwasanya Aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan yang Maha Esa, Maka tetaplah istiqomah pada jalan yang lurus menuju kepadanya dan mohonlah ampun kepadanya. dan Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-Nya” (QS Fushshilat [41]: 6).Contoh dari rasulullah saw dalam berdakwah, tawaran kekuasaan, harta dan wanita beliau tolak karena syaratnya adalah agar rasul saw berhenti dalam berdakwah , semua yang dicontohkan oleh kanjeng nabi saw mesti diikuti. Lihatlah dalam peristiwa ketika Abu Thalib paman Rasululloh SAW, diminta pembesar-pembesar Quraisy untuk membujuk Rasululloh SAW agar menghentikan aktivitas dakwahnya. Dengan tegas Rasululloh SAW menjawab,
”Wahai paman, demi Allah, seandainya mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan persoalan ini hingga Alloh memenangkan perkara ini atau aku mati karenanya, niscaya aku tidak meninggalkan persoalan ini. Dan demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh kalian (memiliki dua pilihan, yaitu) benar-benar memerintah berbuat ma’ruf (amar ma’ruf) dan melarang berbuat munkar (nahi munkar), ataukah Alloh akan mendatangkan siksa dari sisi-Nya yang akan menimpa kalian. Kemudian setelah itu kalian berdoa, maka doa itu tidak akan dikabulkan.”(HR Tirmidzi).
Kita melihat cerita kehidupan para sahabat yang istiqomah di atas jalan kebenaran. Para sahabat disiksa oleh orang-orang kafir Quraisy yang berhati sangat kejam dan tak mengenal kasih sayang, seperti Abu Jahal yang telah menodai dirinya dengan membunuh Sumayyah. Ia sempat menghina dan mencaci maki, kemudian menghunjamkan tombaknya pada perut Sumayyah hingga menembus punggung, dan gugurlah syuhada pertama dalam sejarah Islam.Sementara itu, saudara-saudara seperjuangan Sumayyah, terutama Bilal bin Rabah, terus disiksa oleh Quraisy tanpa henti. Biasanya, apabila matahari tepat di atas ubun-ubun dan padang pasir Mekkah berubah menjadi perapian yang begitu menyengat, orang-orang Quraisy itu mulai membuka pakaian orang-orang Islam yang tertindas itu, lalu memakaikan baju besi pada mereka dan membiarkan mereka terbakar oleh sengatan matahari yang terasa semakin terik.
Tidak cukup sampai di sana, orang-orang Quraisy itu mencambuk tubuh mereka sambil memaksa mereka mencaci maki Muhammad.Adakalanya, saat siksaan terasa begitu berat dan kekuatan tubuh orang-orang Islam yang tertindas itu semakin lemah untuk menahannya, mereka mengikuti kemauan orang-orang Quraisy yang menyiksa mereka secara lahir, sementara hatinya tetap pasrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kecuali Bilal, semoga Allah meridhainya. Baginya, penderitaan itu masih terasa terlalu ringan jika dibandingkan dengan kecintaannya kepada Allah dan perjuangan di jalan-Nya.Orang Quraisy yang paling banyak menyiksa Bilal adalah Umayyah bin Khalaf bersama para algojonya. Mereka menghantam punggung telanjang Bilal dengan cambuk, namun Bilal hanya berkata, “Ahad, Ahad … (Allah Maha Esa).” Mereka menindih dada telanjang Bilal dengan batu besar yang panas, Bilal pun hanya berkata, “Ahad, Ahad ….“ Mereka semakin meningkatkan penyiksaannya, namun Bilal tetap mengatakan, “Ahad, Ahad….”Mereka memaksa Bilal agar memuji Latta dan ‘Uzza, tapi Bilal justru memuji nama Allah dan Rasul-Nya. Mereka terus memaksanya, “Ikutilah yang kami katakan!” Bilal menjawab, “Lidahku tidak bisa mengatakannya.” Jawaban ini membuat siksaan mereka semakin hebat dan keras.
Apabila merasa lelah dan bosan menyiksa, sang tiran, Umayyah bin Khalaf, mengikat leher Bilal dengan tali yang kasar lalu menyerahkannya kepada sejumlah orang tak berbudi dan anak-anak agar menariknya di jalanan dan menyeretnya di sepanjang Abthah Mekah. Sementara itu, Bilal menikmati siksaan yang diterimanya karena membela ajaran Allah dan Rasul-Nya. Ia terus mengumandangkan pernyataan agungnya, “Ahad…, Ahad…, Ahad…, Ahad….” Ia terus mengulang-ulangnya tanpa merasa bosan dan lelah.Kekonsistenannya Sumayyah dan Bilal cukup menjadi contoh bagi kita untuk tetap istiqomah dijalan dakwah. Itulah firman Alloh SWT untuk melipur lara para aktivis dakwah yang keistiqomahannya tengah di uji.“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman”(QS. Ali Imran [3]: 139).
Peran besar dalam menjaga keistiqomahan aktivis dakwah yakni takut kepada Allah dan menjaga ukhuwah. Takut kepada Allah maksudnya adalah senantikan melakukan aktifitas yang diridoi oleh Allah (amar makruf nahil mungkar), rajin halaqoh agar ilmu dan kewaro’an tetap terjaga kesucian dan keberkahannya, serta perbanyak berzikir dan beristigfar mohon ampun kepada-Nya. Ketika ada amanah dakwah, maka sikap yang di tuntukan adalah sami’na wa atho’na (dengar dan aplikasikan) tidak taku dengan ancaman apapun, melainkan kuserahkan sepenuhnya kepada Allah dan tawakal.Selanjutnya, cobalah mengunjungi (silaturahim) pada saudara-saudara kita sesama aktivis dakwah lainnya, wajah cerah ketika bertemu, saling berkunjung sehingga kita tahu keadaan keluarganya, masalah yang sedang dihadapinya serta keadaan imannya. Saling nasihat menasihati baik diminta ataupun tidak, saling bertukar-tukar hadiah dan saling mendoakan.
Bila itu semua telah kita tunaikan, akan menjadi tipislah kemungkinan untuk bergugurannya aktivis di jalan dakwah.Ketahuilah, Allah telah menjanjikan bagi hamba-Nya yang mampu beristiqomah dengan balasan yang terbaik.”Sesungguhnya orang-orang yang berkata, Tuhan kami adalah Alloh” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat turun pada mereka dengan berkata, ”Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan memperoleh surga yang telah dijanjikan padamu.” (QS Fushshilat [41]: 30). []
by: Didiharyono